Belajar lagi
Sudah beberapa hari ini rajin cari-cari info tentang kehamilan, bener-bener rajin banget, lebih tepatnya ngebet :D. Cari-cari info tentang proses melahirkan, tentang melahirkan normal setelah operasi cesar (VBAC), melahirkan tanpa rasa sakit (mau enaknya doang hihi). Baca-baca pengalaman-pengalaman ibu-ibu yang pernah mengalami dan yang baru mau merasakan. Teknik-teknik merilekskan diri sendiri, karena menurut sumber-sumber yang aku baca, rasa sakit itu datang sebagian besar dari keadaan tubuh yang tidak rileks ketika sedang mengalami proses melahirkan. Semakin tegang otot, semakin sakit terasa. Sambil mengingat-ingat waktu sedang kontraksi dulu saat melahirkan Gasan, salahnya di mana kok sampe sakitnya kaya gitu booo ... Mungkin karena induksi, atau posisi tubuh yang berbaring di ranjang yang keras dengan posisi telentang, sambil terus menerus ms V diubek-ubek untuk cek pembukaan, makin nambah gak nahaaan rasa sakitnya seperti disetrum setiap 10 menit sekali, bener gak lebay kok hihi ... akhirnya berakhir dengan sc plus dengan ketuban yang sudah hijauuu ... Untung aku ambil keputusan untuk operasi karena ternyata bayinya memang sudah minum air ketuban dan gawat janin.
Kelahiran kedua, Geugeut, ambil keputusan sc lagi, karena mempertimbangkan usia kandungan yang 42 minggu, dan pengalaman melahirkan anak pertama, kuatir gawat janin lagi. Tapi ternyata kondisi air ketuban masih banyak, plasenta masih bagus, jadi sebenernya, seharusnya, masih bisa ditunggu beberapa hari lagi. Ya sudahlah, yang penting bayi dan ibunya sehat (tapi teuteup penasaran buat melahirkan normal).
Kehamilan ketiga ini, dari awal-awal sudah berusaha untuk mensugesti diri sendiri, bahwa sebenernya tubuhku mampu untuk melahirkan normal. Jadi mulai deh cari-cari info tentang itu, dan ternyata buanyaaaak sekali di luar sana ibu-ibu yang senasib. Info-info dan tips-nya pun beragam banget, jadilah tiap hari bukannya kerja, malah sibuk searching, googling, browsing ... Gpp yang penting hati puas and happy, dan semakin hari semakin pede aje ...
Dari semua info yang dibaca, satu aja yang bisa aku ambil, yang paling mudah paling alami, yaitu napas. Pengaturan napas (jauh lebih baik dibarengi dengan dzikir), dahsyat sekali manfaatnya, bukan hanya untuk kepentingan kehamilan dan kelahiran, tapi ke kesabaran juga berpengaruh. Jadi bisa lebih menahan emosi kalo anak-anak mulai beraksi :D. Tidur lebih nyenyak, makan lebih teratur, BAB lebih lancar, eh serius lhoo .. Jadi sebenernya bernapas itu bisa dijadikan suatu proyek dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Fiuh, boleh stop dulu ... nanti dilanjut lagi ya ... mulai ngantuk nih hihi ...
GnG's blog
be a better mom
Senin, Desember 10, 2012
Kamis, November 29, 2012
Memberi makan anak ala orang amerika
Jalan-jalan di pertokoan di sini selalu membuat saya terkagum-kagum melihat keluarga bule makan di restoran atau food court. Anak-anak mereka duduk rapi di kursinya masing-masing dan makan sendiri. Mulai dari anak yang kira-kira umur satu tahun apalagi sampai anak usia SD atau SMP. Tidak ada yang disuapi (meskipun baru satu tahun) apalagi lari-lari berkeliaran kesana kemari dan mereka juga tidak terlihat kurus-kurus seperti anak kekurangan makan. Pemandangan yang jauh lebih mengenakan menurut saya (apa iri aja ya.. hihih. tidak punya babysitter) dibandingkan melihat mal-mal di Indonesia yang isinya ibu-ibu sibuk belanja, anak-anaknya sibuk disuapi babysitter berseragam putih keliling foodcourt.
Pembantu rumah tangga yang merupakan hal mewah di Amerika sini, membuat anak-anak mau tidak mau dididik menjadi mandiri apabila tidak ingin ibunya pusing tujuh keliling. Bayangkan jika suatu keluarga memiliki tiga orang anak yang kalau di Indonesia sampai usia SD saja masih disuapi, wah.. bisa-bisa mati berdiri tuh ibunya hidupnya dari menyuapi anak ke menyuapi anak sementara pekerjaan rumah tangga lainnya menanti untuk diselesaikan.
Bagaimana caranya mereka bisa makan sendiri?
Menurut teman yang berpengalaman menjadi babysitter di sini, begini caranya:
1. Sejak anak bisa duduk sendiri, mereka dibiasakan makan duduk di kursi makan. Jangan pernah sekalipun diberi makan sambil dikejar-kejar. Ada kursi makan khusus anak-anak yang bertali pinggang, dan kursinya lebih tinggi dari kursi biasa sehingga ketika si anak duduk badannya cukup tinggi terhadap meja biasa disebut highchair.
2. Ketika anak bisa memegang makanan sendiri, berikan dia makanan yang mudah dipegang dan biarkan dia makan sendiri. Mulanya pasti berantakan dan lama, tapi setidaknya si anak belajar.
3. Biarkan anak belajar makan sendiri dengan menggunakan sendok garpu. Sebelum si anak fasih makan sendiri, bisa dibantu sambil disuapi. Walau sebenarnya kalau orang amriknya sendiri benar-benar tidak disuapi ketika sudah bisa makan sendiri sehingga mereka tidak tahu ada yang namanya disuapi.
4. Kalau si anak tidak mau makan atau makan hanya sedikit, jangan dipaksa sehingga harus disuapi apalagi turun kursi dan keliling-keliling rumah. Nanti juga akan ada saatnya si anak lapar dan minta makan. Kalau masih dirasa kurang juga makannya, selalu sediakan makanan ringan. Biasanya orang bule makanan ringannya keju-kejuan, yogurt, es krim, biskuit, dan tentu saja masih rajin minum susu. Lebih enak makanan ringan kita ya, walaupun agak kurang menggendutkan! hihiihih..
5. Untuk anak yang sudah agak besar, beberapa orang menerapkan jadwal makan yang tetap. Jadi, jika ada anak yang tidak mau makan siang, dia tidak akan mendapatkan makan besar lagi hingga jadwal makan malam. Hal ini membantu bagi yang memiliki anak lebih dari satu, karena si ibu tidak perlu menyiapkan makanan berkali-kali.
Diambil dari : http://ndew.wordpress.com
Pas baca tulisan di atas, serasa dapet angin surga yang segar, merasa pas seperti yang selama ini diidam-idamkan. Kondisi yang selama ini diimpi-impikan...
Gue bangeeeeeetttt ...........................................
Jalan-jalan di pertokoan di sini selalu membuat saya terkagum-kagum melihat keluarga bule makan di restoran atau food court. Anak-anak mereka duduk rapi di kursinya masing-masing dan makan sendiri. Mulai dari anak yang kira-kira umur satu tahun apalagi sampai anak usia SD atau SMP. Tidak ada yang disuapi (meskipun baru satu tahun) apalagi lari-lari berkeliaran kesana kemari dan mereka juga tidak terlihat kurus-kurus seperti anak kekurangan makan. Pemandangan yang jauh lebih mengenakan menurut saya (apa iri aja ya.. hihih. tidak punya babysitter) dibandingkan melihat mal-mal di Indonesia yang isinya ibu-ibu sibuk belanja, anak-anaknya sibuk disuapi babysitter berseragam putih keliling foodcourt.
Pembantu rumah tangga yang merupakan hal mewah di Amerika sini, membuat anak-anak mau tidak mau dididik menjadi mandiri apabila tidak ingin ibunya pusing tujuh keliling. Bayangkan jika suatu keluarga memiliki tiga orang anak yang kalau di Indonesia sampai usia SD saja masih disuapi, wah.. bisa-bisa mati berdiri tuh ibunya hidupnya dari menyuapi anak ke menyuapi anak sementara pekerjaan rumah tangga lainnya menanti untuk diselesaikan.
Bagaimana caranya mereka bisa makan sendiri?
Menurut teman yang berpengalaman menjadi babysitter di sini, begini caranya:
1. Sejak anak bisa duduk sendiri, mereka dibiasakan makan duduk di kursi makan. Jangan pernah sekalipun diberi makan sambil dikejar-kejar. Ada kursi makan khusus anak-anak yang bertali pinggang, dan kursinya lebih tinggi dari kursi biasa sehingga ketika si anak duduk badannya cukup tinggi terhadap meja biasa disebut highchair.
2. Ketika anak bisa memegang makanan sendiri, berikan dia makanan yang mudah dipegang dan biarkan dia makan sendiri. Mulanya pasti berantakan dan lama, tapi setidaknya si anak belajar.
3. Biarkan anak belajar makan sendiri dengan menggunakan sendok garpu. Sebelum si anak fasih makan sendiri, bisa dibantu sambil disuapi. Walau sebenarnya kalau orang amriknya sendiri benar-benar tidak disuapi ketika sudah bisa makan sendiri sehingga mereka tidak tahu ada yang namanya disuapi.
4. Kalau si anak tidak mau makan atau makan hanya sedikit, jangan dipaksa sehingga harus disuapi apalagi turun kursi dan keliling-keliling rumah. Nanti juga akan ada saatnya si anak lapar dan minta makan. Kalau masih dirasa kurang juga makannya, selalu sediakan makanan ringan. Biasanya orang bule makanan ringannya keju-kejuan, yogurt, es krim, biskuit, dan tentu saja masih rajin minum susu. Lebih enak makanan ringan kita ya, walaupun agak kurang menggendutkan! hihiihih..
5. Untuk anak yang sudah agak besar, beberapa orang menerapkan jadwal makan yang tetap. Jadi, jika ada anak yang tidak mau makan siang, dia tidak akan mendapatkan makan besar lagi hingga jadwal makan malam. Hal ini membantu bagi yang memiliki anak lebih dari satu, karena si ibu tidak perlu menyiapkan makanan berkali-kali.
Diambil dari : http://ndew.wordpress.com
Pas baca tulisan di atas, serasa dapet angin surga yang segar, merasa pas seperti yang selama ini diidam-idamkan. Kondisi yang selama ini diimpi-impikan...
Gue bangeeeeeetttt ...........................................
Selasa, November 27, 2012
Gemess ...
Gemes sama orang yang suka berkomentar yang gak ada muatan positif di dalamnya, malah cenderung negatif. Arrgghh ... buat yang berkomentar, itu hanya celetukan tanpa makna dan tidak berimbas apa-apa buat dirinya. Tapi buat yang dikomentarin?? Efeknya seumur hidup!! Hey you! Mulai sekarang please deh pertimbangkan segala sesuatu omongan yang keluar dari mulut. Apakah itu memberi manfaat buat orang yang dikomentarin atau tidak. Okay??
Gemes sama orang yang suka berkomentar yang gak ada muatan positif di dalamnya, malah cenderung negatif. Arrgghh ... buat yang berkomentar, itu hanya celetukan tanpa makna dan tidak berimbas apa-apa buat dirinya. Tapi buat yang dikomentarin?? Efeknya seumur hidup!! Hey you! Mulai sekarang please deh pertimbangkan segala sesuatu omongan yang keluar dari mulut. Apakah itu memberi manfaat buat orang yang dikomentarin atau tidak. Okay??
Apalah arti cinta untuk si Dia?
Ini fenomena baru atau kemajuan di bidang psikologi anak atau pengaruh jaman, gak tau deh ... Tapi ini lucu banget. Geugeut si 4,5 tahun hampir tiap hari selalu cerita dengan seru dan heboh, kalo dia cinta sama temen cowoknya, gak hanya 1 tapi bisa sampai 3. Dia juga nyelipin kata pacaran, putus ... Wow! Kaget gak gue? Awalnya hanya melongo sambil cubit-cubit suami yang juga ikut menyimak cerita si neng. Tapi kesini-kesini sudah biasa sih, secara (deeeuuuh secarrraaa ...) tiap hari Geugeut cerita hal yang mirip-mirip. Termasuk cerita narsis kalo temen cowoknya suka bilang, "Aduuh Geugeut cantik banget sih pake jepit ituuuu ...." Weleh-weleh ... Mari kita bandingkan dengan jaman kita dulu okey, menilai anak jangan egois ya ibuuu ... harus dilihat juga dari sisi diri sendiri pada usia yang sama dahulu. Apa yang terjadi di waktu yang lalu pada usia yang sama. Apa kita sudah mulai cinta-cintaan? Suka-sukaan? Silakan dijawab sendiri dengan jujur dari dalam hati, gak usah diomongin. Dipikir-pikir aja, sambil diambil kesimpulan. Plus harus ditambah dengan referensi dari banyak sumber ya, internet, psikolog sekolah, guru sekolah, dll, dsb ... Terjadi hanya sama Geugeut? Ternyata tidak. Berdasarkan hasil ngegosip, ketawa-ketiwi, ciciringhilan sama emak-emak temennya Geugeut, anak-anak mereka pun sama, mirip ... pisan. Ceritanya gak ada yang beda, sama semua. Dari situ agak lega lah ya, ternyata memang itulah yang sedang terjadi dengan anak-anak. Salah? Nggak ... Hanya perlu ekstra pengawasan. Nggak boleh marah ya ibu-ibuuu hihi ... gak boleh panik juga, nanti anak malah takut, eh gak mau cerita karena mereka pikir itu sesuatu yang salah. Jadi runyam ...
Ini fenomena baru atau kemajuan di bidang psikologi anak atau pengaruh jaman, gak tau deh ... Tapi ini lucu banget. Geugeut si 4,5 tahun hampir tiap hari selalu cerita dengan seru dan heboh, kalo dia cinta sama temen cowoknya, gak hanya 1 tapi bisa sampai 3. Dia juga nyelipin kata pacaran, putus ... Wow! Kaget gak gue? Awalnya hanya melongo sambil cubit-cubit suami yang juga ikut menyimak cerita si neng. Tapi kesini-kesini sudah biasa sih, secara (deeeuuuh secarrraaa ...) tiap hari Geugeut cerita hal yang mirip-mirip. Termasuk cerita narsis kalo temen cowoknya suka bilang, "Aduuh Geugeut cantik banget sih pake jepit ituuuu ...." Weleh-weleh ... Mari kita bandingkan dengan jaman kita dulu okey, menilai anak jangan egois ya ibuuu ... harus dilihat juga dari sisi diri sendiri pada usia yang sama dahulu. Apa yang terjadi di waktu yang lalu pada usia yang sama. Apa kita sudah mulai cinta-cintaan? Suka-sukaan? Silakan dijawab sendiri dengan jujur dari dalam hati, gak usah diomongin. Dipikir-pikir aja, sambil diambil kesimpulan. Plus harus ditambah dengan referensi dari banyak sumber ya, internet, psikolog sekolah, guru sekolah, dll, dsb ... Terjadi hanya sama Geugeut? Ternyata tidak. Berdasarkan hasil ngegosip, ketawa-ketiwi, ciciringhilan sama emak-emak temennya Geugeut, anak-anak mereka pun sama, mirip ... pisan. Ceritanya gak ada yang beda, sama semua. Dari situ agak lega lah ya, ternyata memang itulah yang sedang terjadi dengan anak-anak. Salah? Nggak ... Hanya perlu ekstra pengawasan. Nggak boleh marah ya ibu-ibuuu hihi ... gak boleh panik juga, nanti anak malah takut, eh gak mau cerita karena mereka pikir itu sesuatu yang salah. Jadi runyam ...
Jumat, November 02, 2012
I can't believe I'm still drowning in a same problem!
Kalo curhat dalam bahasa Inggris kayanya lebih terwakilkan gitu, perasaannya daripada pake bahasa Sunda atau Jawa qiqiqi .... Kebanyakan nonton AXN sama HBO :p Itu terjemahan dari kalimat di atas masih tentang anak-anak (kalo tentang jualan curhatnya bukan di sini). Weis jualan ternyata si ibu, makanya dah betaon-taon gak nge-blog. Bukan Yudith namanya kalo bisa mengerjakan sesuatu dengan konstan dan stabil selama bertaun-taun, gak gue banget dweh ... Emang dasarnya pemalesan and bosenan ... Ini ceritanya sekarang si ibu lagi hamil lagi, alhamdulillah ... dikasih kepercayaan lagi untuk mengemban amanah membimbing makhluk Allah yang paling mulia ... Semoga sehat sampai melahirkan. Woro-woronya agak kepagian ya, soalnya hamilnya juga baru jalan 2 bulan, so lagi galau-galaunya, lagi sebel-sebelnya, males *again*. Berarti bakal ada 1 krucil lagi di rumah ini. Nnnnaahhh ... krucil yang dua alias kakak-kakaknya harusnya sudah bisa dilepas alias *lagi* mandiri, which means : mandi sendiri, makan sendiri, semua-muanya sendiri ... harrrrusnya. But back to top : I can't believe I'm still drowning in a same problem! Mereka belum mahir melakukan itu, well harus dibalik : si Ibu-nya nih, si drama queen, belum rela untuk melepaskan kedua anak itu untuk melakukan semua kebutuhan mereka sendiri. Apa alesannya buuuu ??? Takut mereka sakit, takut mereka kucel, takut mereka kurus (mang dah pada mungil jugaaa). Dan setiap si ibu mencoba berbesar hati untuk merelakan kedua anak itu untuk mandiri, so many barriers came. Gak tau dari mana itu barriers dateng, pokoknya si Ibu merasa itu barrier-barrier gak bertanggung jawab asal nyeletuk aja, gak tau kalo si Ibu sedang berusaha menguat-nguatkan dirinya untuk melepas anak-anaknya ke level mandiri yang sesungguhnya. Tapiiiiiii ... biar bagaimanapun, cepat atau lambat, anak-anak itu harus dilepas. They have to taste the real world!! The wild world!! Live is not just about eating, and sleeping, and bathing. Oh come onnnn .... Leave my child alone, guys .... Please, do your own favor ... My kids are amazing, extraordinary, wonderful, great, they can do anything they want. Si Ibu mulai galau gak jelas deh kayanya hihihi ... Percayalah bu, anak-anak sesungguhnya sudah mampu dan mahir melakukan urusan mereka sendiri, it proved in school. Si Ibu hanya perlu hold on, dan memberi mereka kesempatan. Seperti Khalil Gibran bilang, kalo anakmu itu bukan anakmu, mereka hanya datang melaluimu, kamu bisa memberi cinta dan kasih sayang, tapi tidak dengan pemikiranmu, karena mereka mempunyai pemikiran sendiri. Nnnnah !!! Tidak ada alasan lagi bu, untuk bersusah payah bergalau-galau, berstress-stress untuk menyuruh mereka makan, mandi, belajar ... owhhh old fashioned banget seeeehhh ... egoissss ... Mending ibu segera apply dan kerja di luar gih, biar anak-anaknya gak diganggu sama ibu-ibu drama queen kaya gue hehehe .... Untuk mendukung niat si Ibu dalam rangka "melepaskan" anak-anaknya dari rutinitas yang mengerikan ituuuu ... mulailah si Ibu brosing-brosing, surving-surving, shopping-shopping (maunya si ibu pisan), cari-cari artikel-artikel, yang berhubungan dengan kemandirian anak usia 7 tahun dan 4 tahun. OMG, parah banget, ternyata kemandirian anak itu sudah harus diajarkan usia 2 - 3 tahun. Dan 7 tahun masih disuapi? It's a nightmare!! Bisa-bisa sampe SMP dia gak mau makan sendiri. Oh what have I done??!! Dan si Ibu pun mulai bertekad, menguatkan diri, menguatkan hati, mengetatkan ikat pinggang (gak ono hubungane thooo buneeee). Aku harus bisa melepaskan mereka untuk mandiri, dan aku sudah tidak usah kuatir lagi, anak-anakku sudah pasti bisa menjalankan itu semua dengan cara mereka sendiri. Cetekkk ahhhh ...
Kalo curhat dalam bahasa Inggris kayanya lebih terwakilkan gitu, perasaannya daripada pake bahasa Sunda atau Jawa qiqiqi .... Kebanyakan nonton AXN sama HBO :p Itu terjemahan dari kalimat di atas masih tentang anak-anak (kalo tentang jualan curhatnya bukan di sini). Weis jualan ternyata si ibu, makanya dah betaon-taon gak nge-blog. Bukan Yudith namanya kalo bisa mengerjakan sesuatu dengan konstan dan stabil selama bertaun-taun, gak gue banget dweh ... Emang dasarnya pemalesan and bosenan ... Ini ceritanya sekarang si ibu lagi hamil lagi, alhamdulillah ... dikasih kepercayaan lagi untuk mengemban amanah membimbing makhluk Allah yang paling mulia ... Semoga sehat sampai melahirkan. Woro-woronya agak kepagian ya, soalnya hamilnya juga baru jalan 2 bulan, so lagi galau-galaunya, lagi sebel-sebelnya, males *again*. Berarti bakal ada 1 krucil lagi di rumah ini. Nnnnaahhh ... krucil yang dua alias kakak-kakaknya harusnya sudah bisa dilepas alias *lagi* mandiri, which means : mandi sendiri, makan sendiri, semua-muanya sendiri ... harrrrusnya. But back to top : I can't believe I'm still drowning in a same problem! Mereka belum mahir melakukan itu, well harus dibalik : si Ibu-nya nih, si drama queen, belum rela untuk melepaskan kedua anak itu untuk melakukan semua kebutuhan mereka sendiri. Apa alesannya buuuu ??? Takut mereka sakit, takut mereka kucel, takut mereka kurus (mang dah pada mungil jugaaa). Dan setiap si ibu mencoba berbesar hati untuk merelakan kedua anak itu untuk mandiri, so many barriers came. Gak tau dari mana itu barriers dateng, pokoknya si Ibu merasa itu barrier-barrier gak bertanggung jawab asal nyeletuk aja, gak tau kalo si Ibu sedang berusaha menguat-nguatkan dirinya untuk melepas anak-anaknya ke level mandiri yang sesungguhnya. Tapiiiiiii ... biar bagaimanapun, cepat atau lambat, anak-anak itu harus dilepas. They have to taste the real world!! The wild world!! Live is not just about eating, and sleeping, and bathing. Oh come onnnn .... Leave my child alone, guys .... Please, do your own favor ... My kids are amazing, extraordinary, wonderful, great, they can do anything they want. Si Ibu mulai galau gak jelas deh kayanya hihihi ... Percayalah bu, anak-anak sesungguhnya sudah mampu dan mahir melakukan urusan mereka sendiri, it proved in school. Si Ibu hanya perlu hold on, dan memberi mereka kesempatan. Seperti Khalil Gibran bilang, kalo anakmu itu bukan anakmu, mereka hanya datang melaluimu, kamu bisa memberi cinta dan kasih sayang, tapi tidak dengan pemikiranmu, karena mereka mempunyai pemikiran sendiri. Nnnnah !!! Tidak ada alasan lagi bu, untuk bersusah payah bergalau-galau, berstress-stress untuk menyuruh mereka makan, mandi, belajar ... owhhh old fashioned banget seeeehhh ... egoissss ... Mending ibu segera apply dan kerja di luar gih, biar anak-anaknya gak diganggu sama ibu-ibu drama queen kaya gue hehehe .... Untuk mendukung niat si Ibu dalam rangka "melepaskan" anak-anaknya dari rutinitas yang mengerikan ituuuu ... mulailah si Ibu brosing-brosing, surving-surving, shopping-shopping (maunya si ibu pisan), cari-cari artikel-artikel, yang berhubungan dengan kemandirian anak usia 7 tahun dan 4 tahun. OMG, parah banget, ternyata kemandirian anak itu sudah harus diajarkan usia 2 - 3 tahun. Dan 7 tahun masih disuapi? It's a nightmare!! Bisa-bisa sampe SMP dia gak mau makan sendiri. Oh what have I done??!! Dan si Ibu pun mulai bertekad, menguatkan diri, menguatkan hati, mengetatkan ikat pinggang (gak ono hubungane thooo buneeee). Aku harus bisa melepaskan mereka untuk mandiri, dan aku sudah tidak usah kuatir lagi, anak-anakku sudah pasti bisa menjalankan itu semua dengan cara mereka sendiri. Cetekkk ahhhh ...
Senin, Februari 22, 2010
imbas liburan
Oh anak2ku yang tangguh, akhirnya pada tumbang juga. Setelah 2 hari berendem di air anget sambil ujan-ujanan, akhirnya pada demam plus batuk. Fiuh... susahnya anak-anakku kalo sudah sakit, cadangan lemak yg cuma segitu-gitunya langsung amblas. Mereka langsung keliatan lesu, lunglai, dan langsing sekalii! Terutama Geugeut yang gak bisa dirayu untuk makan. Maunya nenen aja. Gasan jauh lebih mendingan. Makan lancar makanya cepet sembuh. Liburnya cuma 2 hari 1 malam, ngagolernya seminggu, hehe... Tapi aku gak kapok kok, lanjut bulan depan... Anyer we're coming!
Emang dasar pada males dan persiapan kurang banget. Liburan yang jarang-jarang ini malah gak bawa kamera yang lumayan. Jadi deh gak punya dokumentasi si Ibu yang lagi pake baju renang, udah kaya leupeut... hihihi.
Emang dasar pada males dan persiapan kurang banget. Liburan yang jarang-jarang ini malah gak bawa kamera yang lumayan. Jadi deh gak punya dokumentasi si Ibu yang lagi pake baju renang, udah kaya leupeut... hihihi.
Langganan:
Postingan (Atom)