Kamis, November 29, 2012

Memberi makan anak ala orang amerika

Jalan-jalan di pertokoan di sini selalu membuat saya terkagum-kagum melihat keluarga bule makan di restoran atau food court. Anak-anak mereka duduk rapi di kursinya masing-masing dan makan sendiri. Mulai dari anak yang kira-kira umur satu tahun apalagi sampai anak usia SD atau SMP. Tidak ada yang disuapi (meskipun baru satu tahun) apalagi lari-lari berkeliaran kesana kemari dan mereka juga tidak terlihat kurus-kurus seperti anak kekurangan makan. Pemandangan yang jauh lebih mengenakan menurut saya (apa iri aja ya.. hihih. tidak punya babysitter) dibandingkan melihat mal-mal di Indonesia yang isinya ibu-ibu sibuk belanja, anak-anaknya sibuk disuapi babysitter berseragam putih keliling foodcourt.

Pembantu rumah tangga yang merupakan hal mewah di Amerika sini, membuat anak-anak mau tidak mau dididik menjadi mandiri apabila tidak ingin ibunya pusing tujuh keliling. Bayangkan jika suatu keluarga memiliki tiga orang anak yang kalau di Indonesia sampai usia SD saja masih disuapi, wah.. bisa-bisa mati berdiri tuh ibunya hidupnya dari menyuapi anak ke menyuapi anak sementara pekerjaan rumah tangga lainnya menanti untuk diselesaikan.

Bagaimana caranya mereka bisa makan sendiri?

Menurut teman yang berpengalaman menjadi babysitter di sini, begini caranya:

1. Sejak anak bisa duduk sendiri, mereka dibiasakan makan duduk di kursi makan. Jangan pernah sekalipun diberi makan sambil dikejar-kejar. Ada kursi makan khusus anak-anak yang bertali pinggang, dan kursinya lebih tinggi dari kursi biasa sehingga ketika si anak duduk badannya cukup tinggi terhadap meja biasa disebut highchair.

2. Ketika anak bisa memegang makanan sendiri, berikan dia makanan yang mudah dipegang dan biarkan dia makan sendiri. Mulanya pasti berantakan dan lama, tapi setidaknya si anak belajar.

3. Biarkan anak belajar makan sendiri dengan menggunakan sendok garpu. Sebelum si anak fasih makan sendiri, bisa dibantu sambil disuapi. Walau sebenarnya kalau orang amriknya sendiri benar-benar tidak disuapi ketika sudah bisa makan sendiri sehingga mereka tidak tahu ada yang namanya disuapi.

4. Kalau si anak tidak mau makan atau makan hanya sedikit, jangan dipaksa sehingga harus disuapi apalagi turun kursi dan keliling-keliling rumah. Nanti juga akan ada saatnya si anak lapar dan minta makan. Kalau masih dirasa kurang juga makannya, selalu sediakan makanan ringan. Biasanya orang bule makanan ringannya keju-kejuan, yogurt, es krim, biskuit, dan tentu saja masih rajin minum susu. Lebih enak makanan ringan kita ya, walaupun agak kurang menggendutkan! hihiihih..

5. Untuk anak yang sudah agak besar, beberapa orang menerapkan jadwal makan yang tetap. Jadi, jika ada anak yang tidak mau makan siang, dia tidak akan mendapatkan makan besar lagi hingga jadwal makan malam. Hal ini membantu bagi yang memiliki anak lebih dari satu, karena si ibu tidak perlu menyiapkan makanan berkali-kali.

Diambil dari : http://ndew.wordpress.com

Pas baca tulisan di atas, serasa dapet angin surga yang segar, merasa pas seperti yang selama ini diidam-idamkan. Kondisi yang selama ini diimpi-impikan...
Gue bangeeeeeetttt ...........................................

Selasa, November 27, 2012

Foto-foto (cukup) terbaru

Gasan, 7 tahun, kelas 2 SD Mutiara Bunda, Bandung
Geugeut, 4 tahun, kelas TKA Mutiara Bunda, Bandung
Gemess ... 

Gemes sama orang yang suka berkomentar yang gak ada muatan positif di dalamnya, malah cenderung negatif. Arrgghh ... buat yang berkomentar, itu hanya celetukan tanpa makna dan tidak berimbas apa-apa buat dirinya. Tapi buat yang dikomentarin?? Efeknya seumur hidup!! Hey you! Mulai sekarang please deh pertimbangkan segala sesuatu omongan yang keluar dari mulut. Apakah itu memberi manfaat buat orang yang dikomentarin atau tidak. Okay??
Apalah arti cinta untuk si Dia?


Ini fenomena baru atau kemajuan di bidang psikologi anak atau pengaruh jaman, gak tau deh ... Tapi ini lucu banget. Geugeut si 4,5 tahun hampir tiap hari selalu cerita dengan seru dan heboh, kalo dia cinta sama temen cowoknya, gak hanya 1 tapi bisa sampai 3. Dia juga nyelipin kata pacaran, putus ... Wow! Kaget gak gue? Awalnya hanya melongo sambil cubit-cubit suami yang juga ikut menyimak cerita si neng. Tapi kesini-kesini sudah biasa sih, secara (deeeuuuh secarrraaa ...) tiap hari Geugeut cerita hal yang mirip-mirip. Termasuk cerita narsis kalo temen cowoknya suka bilang, "Aduuh Geugeut cantik banget sih pake jepit ituuuu ...." Weleh-weleh ... Mari kita bandingkan dengan jaman kita dulu okey, menilai anak jangan egois ya ibuuu ... harus dilihat juga dari sisi diri sendiri pada usia yang sama dahulu. Apa yang terjadi di waktu yang lalu pada usia yang sama. Apa kita sudah mulai cinta-cintaan? Suka-sukaan? Silakan dijawab sendiri dengan jujur dari dalam hati, gak usah diomongin. Dipikir-pikir aja, sambil diambil kesimpulan. Plus harus ditambah dengan referensi dari banyak sumber ya, internet, psikolog sekolah, guru sekolah, dll, dsb ... Terjadi hanya sama Geugeut? Ternyata tidak. Berdasarkan hasil ngegosip, ketawa-ketiwi, ciciringhilan sama emak-emak temennya Geugeut, anak-anak mereka pun sama, mirip ... pisan. Ceritanya gak ada yang beda, sama semua. Dari situ agak lega lah ya, ternyata memang itulah yang sedang terjadi dengan anak-anak. Salah? Nggak ... Hanya perlu ekstra pengawasan. Nggak boleh marah ya ibu-ibuuu hihi ... gak boleh panik juga, nanti anak malah takut, eh gak mau cerita karena mereka pikir itu sesuatu yang salah. Jadi runyam ...

Jumat, November 02, 2012

I can't believe I'm still drowning in a same problem!

 Kalo curhat dalam bahasa Inggris kayanya lebih terwakilkan gitu, perasaannya daripada pake bahasa Sunda atau Jawa qiqiqi .... Kebanyakan nonton AXN sama HBO :p Itu terjemahan dari kalimat di atas masih tentang anak-anak (kalo tentang jualan curhatnya bukan di sini). Weis jualan ternyata si ibu, makanya dah betaon-taon gak nge-blog. Bukan Yudith namanya kalo bisa mengerjakan sesuatu dengan konstan dan stabil selama bertaun-taun, gak gue banget dweh ... Emang dasarnya pemalesan and bosenan ... Ini ceritanya sekarang si ibu lagi hamil lagi, alhamdulillah ... dikasih kepercayaan lagi untuk mengemban amanah membimbing makhluk Allah yang paling mulia ... Semoga sehat sampai melahirkan. Woro-woronya agak kepagian ya, soalnya hamilnya juga baru jalan 2 bulan, so lagi galau-galaunya, lagi sebel-sebelnya, males *again*. Berarti bakal ada 1 krucil lagi di rumah ini. Nnnnaahhh ... krucil yang dua alias kakak-kakaknya harusnya sudah bisa dilepas alias *lagi* mandiri, which means : mandi sendiri, makan sendiri, semua-muanya sendiri ... harrrrusnya. But back to top : I can't believe I'm still drowning in a same problem! Mereka belum mahir melakukan itu, well harus dibalik : si Ibu-nya nih, si drama queen, belum rela untuk melepaskan kedua anak itu untuk melakukan semua kebutuhan mereka sendiri. Apa alesannya buuuu ??? Takut mereka sakit, takut mereka kucel, takut mereka kurus (mang dah pada mungil jugaaa). Dan setiap si ibu mencoba berbesar hati untuk merelakan kedua anak itu untuk mandiri, so many barriers came. Gak tau dari mana itu barriers dateng, pokoknya si Ibu merasa itu barrier-barrier gak bertanggung jawab asal nyeletuk aja, gak tau kalo si Ibu sedang berusaha menguat-nguatkan dirinya untuk melepas anak-anaknya ke level mandiri yang sesungguhnya. Tapiiiiiii ... biar bagaimanapun, cepat atau lambat, anak-anak itu harus dilepas. They have to taste the real world!! The wild world!! Live is not just about eating, and sleeping, and bathing. Oh come onnnn .... Leave my child alone, guys .... Please, do your own favor ... My kids are amazing, extraordinary, wonderful, great, they can do anything they want. Si Ibu mulai galau gak jelas deh kayanya hihihi ... Percayalah bu, anak-anak sesungguhnya sudah mampu dan mahir melakukan urusan mereka sendiri, it proved in school. Si Ibu hanya perlu hold on, dan memberi mereka kesempatan. Seperti Khalil Gibran bilang, kalo anakmu itu bukan anakmu, mereka hanya datang melaluimu, kamu bisa memberi cinta dan kasih sayang, tapi tidak dengan pemikiranmu, karena mereka mempunyai pemikiran sendiri. Nnnnah !!! Tidak ada alasan lagi bu, untuk bersusah payah bergalau-galau, berstress-stress untuk menyuruh mereka makan, mandi, belajar ... owhhh old fashioned banget seeeehhh ... egoissss ... Mending ibu segera apply dan kerja di luar gih, biar anak-anaknya gak diganggu sama ibu-ibu drama queen kaya gue hehehe .... Untuk mendukung niat si Ibu dalam rangka "melepaskan" anak-anaknya dari rutinitas yang mengerikan ituuuu ... mulailah si Ibu brosing-brosing, surving-surving, shopping-shopping (maunya si ibu pisan), cari-cari artikel-artikel, yang berhubungan dengan kemandirian anak usia 7 tahun dan 4 tahun. OMG, parah banget, ternyata kemandirian anak itu sudah harus diajarkan usia 2 - 3 tahun. Dan 7 tahun masih disuapi? It's a nightmare!! Bisa-bisa sampe SMP dia gak mau makan sendiri. Oh what have I done??!! Dan si Ibu pun mulai bertekad, menguatkan diri, menguatkan hati, mengetatkan ikat pinggang (gak ono hubungane thooo buneeee). Aku harus bisa melepaskan mereka untuk mandiri, dan aku sudah tidak usah kuatir lagi, anak-anakku sudah pasti bisa menjalankan itu semua dengan cara mereka sendiri. Cetekkk ahhhh ...